Senin, 07 April 2014

SEGAJAH ISLAND: Pulau Pasang Surut, Gelembung Laut Abadi, dan Makhluk Bawah Laut


PRELUDE
Wisata bahari bawah laut, banyak hal menarik yang dapat dilihat disini. Jangan harap bisa melihat ikan atau terumbu karangnya di dataran karena hanya ada di laut. Beruntunglah Indonesia merupakan negara kepulauan, so banyak tempat-tempat diseluruh negeri ini yang memiliki pesona alam dibawah laut yang sangat indah. Kali ini bertempat di Pulau Segajah, Bontang Kuala, Kabupaten Kutai Timur di Kalimantan Timur. Ya, mungkin tidak setenar Pulau Derawan, Kakaban, dan Maratua yang sudah banyak traveler nasional atau internasional ketahui. Tapi disini pula terdapat keunikannya tersendiri. Apa saja keunikannya? Mari kita simak lebih lanjut.

HOW TO GET THERE?
Menyewa kendaraan roda empat adalah pilihan terbaik untuk mencapai tempat ini dari Ibukota Provinsi Kaltim, Samarinda. Sebab lebih efektif dan efisien untuk mencapai tempat ini. Karena dengan begitu kita bisa lebih menghemat waktu apabila hanya ada waktu berkunjung disaat weekend. Selain itu dapat menggunakan bus seharga Rp. 21.000,- mulai dari terminal bus Lempake di Samarinda Utara atau menyewa travel seharga Rp. 50.000,- per orang dengan minimal 6-8 orang yang juga pergi berangkata ke destinasi yang sama, kemudian turun di terminal bus di Kota Bontang melanjutkan menuju Bontang Kuala menggunakan angkot seharga Rp. 10.000,- atau menggunakan ojek seharga Rp. 20.000,-. Selain perjalannya yang memakan waktu kurang lebih 3 jam atau kurang lebih 100 km juga banyak kendaraan berat yang melintas sepanjang jalur perjalanan ini, sehingga terkadang kita perlu ekstra waspada karena jalur jalan juga yang berbukit-bukit serta kondisi aspla yang terkadang mulus terkadang off road. Setelah sampai di pusat kota Bontang segera menuju ke Bontang Kuala, memarkirkan mobil dan menuju tempat penyebarangan menggunakan perahu mesin untuk mencapai Pulau Segajah. 

WHAT’S UNIQUE HERE?
Keunikan dari pulau ini adalah tidak terdapat di dalam peta nasional, dunia, atau versi apapun. Kenapa? Sebabnya pulau ini adalah pulau yang muncul hanya di pagi sampai siang hari ketika air laut surut. Besarnya tidak seberapa, mungkin hanya setengah dari lapangan bola, tapi jangan berkecil hati, sebenarnya disinilah keunikannya, bentuk pulau nya sendiri kalau diperhatikan hampir menyerupai bentuk gajah, dengan belalai, kepala, badan dan kakinya kalau kita melihat secara seksama dari udara. Areal ini terdapat 3 spot yang menarik untuk dikunjungi.

Gelembung Laut Abadi
Spot pertama disekitar pulau segajah banyak terdapat bintang laut yang bertebaran menghiasi perairan dangkal di sekitar pulau. Tidak ada pohon pelindung apapun di pulau ini, seluruhnya adalah pasir pantai, yang ada hanya pohon kecil sebagai penanda yang ditanam untuk menandakan pulau ini dikala surut. Menarik bukan? Nilai plus lain disekitar pulau ini selain peraiaran dangkalnya juga terdapat beberapa spot-spot menarik untuk latihan snorekling sebelum menuju dunia bawah laut.

Di pulau ini kita dilatih oleh pemandu untuk snorekling sebelum melanjutkan ke tempat menarik lainnya yaitu Geladi atau spot kedua. Geladi adalah spot di tengah laut dengan keunikan yang dijadikan nama spot ini, yaitu Gelembung Laut Abadi. Timbul gelembung-gelembung laut dari jejeran karang-karang di dasar menuju keatas seperti kerang di dalam film 90an Jinny Oh Jinny. Ikan-ikan dengan warna-warna yang cantik, kuda laut, dan The Clown Fish “Nemo” semakin membuat betah berlama-lama di spot ini dengan kedalaman 5-10 meter.  Mengapa disini bisa terdapat gelembung-gelembung laut? Mungkin menurut telaah saya di sekitar peraiaran ini terdapat pengeboran gas (oil rig) sehingga terbentuklah gelembung-gelembung gas tersebut naik ke permukaan dalam hitungan 2-3 menit setiap kali nya. 

The Clown Fish "Nemo"
Spot terakhir yaitu tempat dimana terumbu karang buatan yang berkedalaman 1-5 meter. Disini kita bisa lebih dekat ber–snorkeling ria lebih dekat dengan terumbu karang dan ikan-ikan yang bertebaran. Spot terakhir ini adalah berupa pos bekas pengeboran minyak dan gas sehingga di beberapa titik kita dapat menjumpai terumbu karang buatan yang menghinggapi kaki-kaki bekas oil rig tersebut. Unik nya areal ini lebih bagus di saat jam 12 sampai jam 2 siang karena air sedang surut sehingga arus pun lebih tenang.

Sambil melepas lelah disediakan juga loh paket makan siang dari pemandu wisata lokal untuk para wisatawan, jadi makan siang di pos ditengah-tengah laut adalah salah satu pengalaman unik yang dapat anda nikmati. Sambil memandangi air laut yang tenang juga melihat arus lalu lintas kapal-kapal besar yang lalu lalang dari kejauhan semakin nikmat bukan?

TIPS:
- Berangkat menyebarang dari Bontang Kuala lebih pagi sekitar pukul 07.30, agar berada di 3 spot tersebut lebih lama dan puas, biasanya kembali ke Bontang Kuala pukul 15.00
- Bawalah pelembab/tabir surya untuk melindungi kulit dari sengatan matahari langsung.

BUDJET:
Dari Kota Samarinda
Bensin kendaraan pribadi Rp 30.000,- x 7 orang = Rp 210.000,- PP
Penginapan 1 malam Rp 30.000,- x 7 orang = Rp 210.000,-
Penyebarangan kapal Rp 500.000/15 orang = Rp 33.333 mejadi Rp 35.000,-
Makan pagi, siang dan malam Rp 75.000,-
TOTAL: Rp 170.000,-

THE STORY
Day 1
Jum'at sore kami sudah start berangkat menuju bontang, dengan rombongan kurang lebih 14 orang menggunakan 2 mobil milik anggota tim. Sekitar jam 4 sore meeting point dilakukan di Bukit Alaya, kami sampai terlebih dahulu sambil menunggu rombongan yang lain kami duduk-duduk bercerita di pinggir jalan bermandikan panasnya matahari sore itu. Rombongan di dalam mobil yang sama ada Fahrul, Arief, Febi, Ebi, Iqro dan saya sendiri. Sedangkan di dalam rombongan yang lain ada Desta/Cecep, Andis, Ozi/Ojek, Zulya, Ulvi, dan akhirnya kita ga jadi meeting point di Bukit Alaya sebab rombongan Desta datang terlambat so kita putuskan untuk meeting point di tempat peristirahatan rumah makan diantara Samarinda dan Bontang.

Akhirnya sebelum magrib jam 6 sore kami sudah tiba duluan di TKP, sambil memesan makanan dan meluruskan kaki tidak lama 30 menit kemudian rombongan kedua pun datang dan kami pun mengisi perut yang sudah keroncongan dengan segelas teh hangat, indomie rebus telor, dan ayam goreng serta sebagian yang lain melakukan ibadah solat magrib. Setelah itu semua rombongan tancap gas menuju Kota Bontang tepat jam 7 malam.

Di dalam perjalanan sudah pasti ada yang tidur dan ada yang ngebanyol, dan saya termasuk diantara keduanya hehe. Setelah makan mata pun terasa berat dan terpejam kurang lebih 20 menit sebelum memasuki areal gunung menangis. Apa itu gunung menangis? Konon menurut mitos orang setempat kenapa disebut gunung menangis dahulu kala ada seorang wanita yang menangis dan bunuh diri di lokasi ini. Jalannya berupa tanjakan yang cukup panjang dan jalannya pun cukup rusak, menantang bukan? Ga heran sering kendaraan berat yang ga kuat untuk menanjak sehingga stuck di tengah tanjakan atau malah jalan mundur kebelakang sehingga menyebabkan kecelakaan. Saya juga baru tau cerita nya seperti itu sebab Iqro baru menceritakan kisah gunung menangis ini setelah kami jalan pulang melewatinya, katanya sih Iqro takut klo cerita duluan, pamali hehehe.

Dan akhirnya sampai juga di Kota Bontang, penilaian pertama untuk kota ini cukup rapi dan bersih, sebab disini terdapat industri pupuk kimia dan gas alam yang besar di Indonesia. Setelah mendapat tempat penginapan kami menyewa 2 kamar, untuk semua rombongan, maklum press budjet. Tim di bagi menjadi 2 dengan sebagian menyiapkan kamar dan sebagian lagi membeli makanan untuk makan tengah malam. Ga tau kenapa pada kelaparan lagi padahal ditengah jalan udah makan. Tepat jam 12 malam semua rombongan tertidur dengan pulasnya sebab besok harus berangkat pagi-pagi agar seluruh spot terjelajahi.

Day 2
And this is the day! Jam 5 subuh bergegas bangun dan prepare perlengkapan, mandi sarapan dan segala macam akhirnya cek out jam 7 pagi. Ga dapet sarapan dari hotel soalnya tiap kamar hanya boleh 2 orang so kita semua akhirnya sarapan di luar saja untuk kebersamaan rombongan. Nasi kuning adalah jawabannya dikala perut lapar di pagi hari.

Sesampainya di bontang koala ternyata disana sudah siap pemandu wisata lokal, dan juga ada rombongan dari InstaKukar. So ngobrol2 sejenak dan saling berkenalan diantara kami. Rombongan InstaKukar berangkat terlebih dahulu menuju pulau segajah, sedangkan rombongan kami menjadi rombongan kedua. Ternyata pada hari itu hanya ada rombongan kami dan teman-teman dari InstaKukar saja yang berada di spot wisata ini, so jadilah hari itu explore sepuas-puasnya, poto-poto, nyanyi-nyanyi dan lain-lain. Pokoknya today is ours. hehehe. Nah apa aja spot-spot yang kami nikmati sudah dibahas di bab yang lain. Pada hari ini pula malamnya kami berangkat pulang menuju Samarinda untuk mempersiapkan dan mencari nafkah masing-masing. See you again in another trip!

Sincerely,
Abie Nugraha

Senin, 24 Februari 2014

BANGKIRAI: Canopy Bridge Pertama di Indonesia



PRELUDE
Salah satu wisata alam yang terdapat di Kalimantan Timur ini terletak di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kertanegara. Kawasan ini dikelola oleh PT. Inhutani I Unit Balikpapan. Dikawasan ini tersedia sarana dan prasarana wisata seperti restoran, lamin untuk pertemuan, kolam renang, serta cottage maupun jungle cabin. Jembatan tajuk ini merupakan yang pertama di Indonesia, kedua di Asia dan yang kedelapan di dunia. Konstruksinya dibuat di Amerika Serikat. Sejarah singkatnya, peneliti asal Amerika serikat telah melakukan survey likasi dan pohon serta lingkungan maka dilakukan pembangunan tahap pertama pada januari 1998 dan tahap kedua selesai pada februari 1998 dimana jembatan ini diselesaikan kurang lebih 1 bulan. yang dikerjakan oleh kontraktor Amerika yang tergabung dalam CCA (Canopy Constraction Asosiated) sebanyak enam orang pelaksana lapangan dengan dibantu tenaga lokal sebanyak tiga orang. Selain kayu dalam konstruksinya digunakan baja tahan karat atau Galvanized dari Amerika. Umur jembatan tajuk ini dari selesainya diperkirakan dapat mampu bertahan selama 15-20 tahun sesuai dengan umur dan ketahanan bahan.

HOW TO GET THERE?
Dari Kota Balikpapan melalui jalur darat dapat ditempuh jarak 58 km atau 1,5 jam. Sedangkan dari Kota Samarinda dan Tenggarong berjarak sekitar 150 km atau sekirar 3,5 jam. Akses atau angkutan umum tidak tersedia untuk menuju lokasi ini. Jadi disarankan untuk membawa kendaraan pribadi roda dua ataupun roda empat. Dari perempatan tugu Samboja di jalur Samarinda-Balikpapan belok ke kanan lalu mengikuti jalan kurang lebih 10 km ke dalam sampai ditemukan gerbang Bukit Bangkirai di sisi sebelah kiri. 

WHAT'S UNIQUE HERE?
Suasana hutan hujan tropis yang masih alami dan bahkan kicauan burung dan suara-suara satwa hutan lainnya dapat didengarkan. Di kawasan ini terdapat canopy bridge (jembatan tajuk) sepanjang 64 m yang digantung menghubungkan 5 pohon Bangkirai di ketinggian 30 m. Jembatan tajuk ini merupakan yang pertama di Indonesia, kedua di Asia dan yang kedelapan di dunia. Konstruksinya dibuat di Amerika Serikat. 


Kawasan disebut  Bukit Bangkirai karena Hutan ini didominasi oleh pohon jenis Bangkirai yang tumbuh di kawasan hutan lindung ini. (Maskot utama obyek wisata yang telah mendunia ini). ada pohon yang berusia lebih dari 150 tahun dengan ketinggian mencapai 40 hingga 50 m, dengan diameter 2,3 m. Pertumbuhan banir (akar papan) yang besar dan kuat menjadikan pohon ini memiliki nilai keindahan tersendiri. Kawasan Bukit Bangkirai termasuk dataran rendah (primary lowland) “Dipterocarp forest” yang stabil, sehingga menjadikan tempat invasi burung dari wilayah Kawasan Hutan Taman Wisata Bukit Soeharto (sekitar 30 km) maupun wilayah sekitarnya , ditemukan dan tercatat terdapat 113 jenis burung yang hidup di kawasan Bukit Bangkirai ini.Jenis-jenis fauna adalah Owa-Owa (Hylobates muelleri), Beruk (Macaca nemestrina), Lutung Merah (Presbytus rubicunda), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Babi Hutan (Susvittatus), Bajing Terbang (Squiler) serta Rusa Sambar (Corvus unicolor) yang telah ditangkarkan

Kawasan Bukit Bangkirai juga kaya akan anggrek alam minimal ada 45 jenis anggrek yang tumbuh secara alami di pepohonan yang masih hidup maupun yang sudah mati. diantaranya Anggrek Hitam (Coelegyne pandurata) yang sangat terkenal . Selain pembudidayaan anggrek-anggrek alam, juga dilakukan pengembangan anggrek silangan seperti Anggrek Kala, Anggrek Apple Blossom dan Anggrek Vanda. Selain kebun anggrek, kawasan wisata alam ini juga dijumpai kebun buah-buahan.



TIPS
Tempat ini terbilang sepi sehingga nyaman untuk refreshin dari kebisingan kota, dan juga sambil menikmati pemandangan hutan disekitar kita juga dapat menggunakan sepeda gunung untuk menjelajah atau hanya dengan jalan kaki saja. Bawalah bekal dari Kota karena apabila kelaparan susah untuk mencari makan. Jadi tempat ini cocok untuk dijadikan tempat piknik untuk keluarga dari pagi menjelang sore. Kalaupun ingin kemping/menginap disini disediakan cottage atau membawa tenda sendiri dan jangan lupa membawa Lotion Anti Nyamuk.

BUDJET
Dari Kota Samarinda:
Bensin Sepeda Motor: Rp 30.000,-/kendaraan
Tiket Masuk Dewasa dll: Rp 15.000,-/orang
Parkir Roda Dua: Rp 3.000,-/kendaraan
Konsumsi: Rp 50.000,-/orang
TOTAL: Rp 98.000,-


THE STORY
Ini adalah one day trip, dalam perjalanan nya pun hanya memakan waktu 3 jam perjalanan menuju lokasi dari Kota Samarinda. Rombongan kami saat itu adalah Iqro, Adit dan Nando. Perjalanan menggunakan sepeda motor ini cukup membuat budjet hemat sebab perjalanan ini pun h-2 baru direncanakan. hehehe.

Jam 8 pagi Iqro dengan motor CB plat B kesayangannya meluncur ke rumah, kami pun bergegas ke Samarinda Seberang tepatnya untuk meeting point bersama Adit dan Nando, akhirnya kami bertemu di Ind*maret sambil membeli logistik untuk perbekalan explore Bukit Bengkirai nanti. Cukup banyak yang kami beli diantaranya cemilan dan air minum sebab khawatir apabila membeli di sekitar lokasi akan terkena shock dengan harganya.

Tepat pukul 10 kami berangkat menuju Samboja, didalam perjalanan sempat 2 kali istirahat karena cukup pegal juga mengendarai sepeda motor dengan kecepatan 60-80 km/jam. Maklum keselamatan adalah yang utama, yang penting alon-alon asal kelakon. Poto2 diperjalanan juga makan siang di Warung Tahu Sumedang sambil mengisi perut yang memang dari pagi belum sarapan.

Setelah dari Tahu Sumedang kurang lebih 15 menit kami sudah sampai di persimpangan sesudah POM Bensin, kami berbelok ke kanan mengikuti jalur yang cukup sepi ini dengan pemandangan di kiri dan kanan berupa pohon-pohon karet yang cukup membuat teduh sepanjang perjalanan, jalur perjalanan tetap khas Kaltim yaitu berbukit-bukit dan jalanan yang kurang terawat. Sebelum sampai ke lokasi kami harus melewati jalur pasir tanah milik perusahaan tambang, wahh ternyata untuk mencapai lokasi ini pun kami harus berjuang melewati debu-debu yang berterbangan, padahal sebelumnya disuguhi kesejukan alam namun mesti berubah melewati tanah tandus lahan tambang ini.

Sesampainya di Bukit Bangkirai pada jam 1 siang kami melakukan registrasi di pos pendaftaran, penjaga nya hanya satu orang dan itupun sudah berusia lebih setengah abad. Terdapat beberapa plakat kerjasama dengan mahasiswa-mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Universitas Mulawarman, dan lain-lain. Namun itu semua berusia sekitar tahun 1990-2005. Tidak ada plakat terbaru yang menghiasi lemari pos registrasi ini, sangat disayangkan. Selain plakat-palakat tersebut juga terdapat tourism map yang besar dan juga flora fauna yang dimuseumkan, kami pun semakin tertarik untuk segera menjalajah wisata alam bukit bangkirai ini selain juga menjajal jembatan gantung tertinggi di Indonesia ini.

So trekking pun dimulai, kami mulai disambut dengan sebuah jembatan gantung kecil yang sudah menguji adrenalin kami. Panjang dan tinggi nya tidak seberapa namun cukup untuk latihan kami. Trekking dilanjutkan dengan mengamati beberapa pohon-pohon bangkirai yang berusia cukup tua, dan juga pohon-pohon sumbangan dari beberapa pejabat menteri kehutan dan departemen lingkungan hidup dari Jepang, Korea, Amerika dan Perancis. Jalur trekking cukup jelas terlihat dengan suasan hutan hujan tropis yang khas, pohon-pohon besar dan suara bekantan dari kejauhan membuat kami kembali ke alam untuk beberapa saat, menikmati dan mengamati alam disekitar.

Akhirnya setelah 15-20 menit berjalan kami sampai di Canopy Bridge, dibuat menghubungkan pohon bangkirai yang besar berusia ratusan tahun membuat salah satu teman kami menjadi ciut nyalinya. Maklum saja ketinggiannya memang tinggi untuk orang-orang yang phobia ketinggian. Tapi disinilah tantangannya karena dari atas kita dapat melihat warna hijau kesegala arah yang tidak kita dapat di perkotaan besar. Kami pun menyuri jembatan ini dari satu pohon ke pohon yang lainnya. Ditengah-tengah jembatan terasa getaran-getaran dari langkah kaki kami sendiri ataupun dari angin yang berhembus menambah tantangan tersendiri.

Setelah menjelajahi Canopy Bridge perjalanan kami lanjutkan untuk melihat-lihat taman anggrek dan buah yang ada dijalur yang lain. Kami pun sempat mencicipi buah yang ada di dalam hutan ini dan rasanya cukup segar, sambil menikmati keindahan dari bunga-bunga anggrek di sepanjang perjalananan kami bersenda gurau sampai-sampai kacamata saya hilang saking asiknya menjelajahi kawasan bukit bangkirai ini.

Akhirnya kami pun sampai kembali di pos pendaftaran, disekitar pos pendafataran terdapat camp area dan juga cottage untuk berwisata malam di lokasi ini. Juga terdapat beberaa pohon pinus yang cukup unik karena dikawasan tropis dataran dibawah 400-600 mdpl cukup sulit untuk menemui pohon pinus ini. Begitulah cerita singkat saya, sampai jumpa di perjalanan berikutnya ya!

Sincerely,
Abie Nugraha